Selasa, 05 April 2011

perguruan

Perguruan Jujutsu di Indonesia

Ada banyak organisasi Jiu-Jitsu (Jujutsu) di Indonesia, dimana yang tertua adalah Jiujitsu Club Indonesia (JCI) yang didirikan oleh alm. Bp. Ferry Soneville pada tahun 1950. Bp. Soneville juga dibantu oleh Bp. M.A. Affendi dan beberapa ahli beladiri lainnya saat merintis perguruan beliau. Perguruan ini sampai sekarang (2007) masih aktif dibawah pimpinan Bp. Prayitno, seorang pebeladiri senior yang sempat tinggal lama di Australia dan belajar dibawah bimbingan Mr. Jan de Jong, seorang murid langsung dari grandmaster Minoru Mochizuki.
Sebelum kemerdekaan Indonesia, yaitu pada masa penjajahanxcb Belanda, tepatnya tahun 1920an, di Jawa Tengah ada tercatat perguruan Tsutsumi Hozan-ryu Jujutsu yang diasuh oleh keluarga Saito (Mr. Jan de Jong tercatat sebagai anggota perguruan ini), dan perguruan Jujutsu jalan Kranggan Surabaya yang diasuh oleh Mr. Isuki Watanabe. Namun kedua perguruan ini tidak aktif lagi semenjak perang dunia ke II, walaupun masih ada murid-murid perguruan tersebut yang tetap setia mengajarkan Jujutsu diluar Indonesia.
Selepas perang dunia ke II, beberapa tokoh Judo yang juga menguasai Jujutsu mengajarkan beladiri Jujutsu sebagai bagian dari teknik self-defense yang diajarkan kepada murid-murid Judo. Diantara guru-guru tersebut adalah Mr. Seichi Makino dan Mr. Dick Schilder, keduanya mengajarkan Jujutsu di Pulau Jawa.

[sunting] Perguruan Jujutsu era-70 sampai sekarang

Pada era 1970an, beberapa orang pemuda Indonesia yang dulu berlatih di luar negeri dan kembali ke Indonesia turut meramaikan khasanah kekayaan seni beladiri Jujutsu di Indonesia, antara lain adalah Bapak C.A. Taman yang kemudian mendirikan perguruan Wadokai pada tahun 1972 dan turut membidani kelahiran perguruan Goshinbudo Jujutsu Indonesia (GBI) pada tahun 1997. C.A. Taman adalah satu-satunya putra bangsa Indonesia yang sempat berlatih langsung dengan grandmaster Hironori Otsuka, sang pewaris ke 4 dari aliran Shindo Yoshin-ryu Jujutsu dan pendiri aliran Wado-ryu Karate. Ben Haryo, yang sekarang menjadi instruktur kepala (wakil guru besar) untuk GBI, adalah murid langsung beliau. Selain Ben Haryo, orang lain yang berjasa kepada perkembangan GBI adalah Saleh Jusuf, seorang ahli beladiri yang lama tinggal di Negeri Belanda, dan semasa tinggal disana sempat mempelajari Judo dari Mr. Willem Ruska (juara Olympiade), Jujutsu dari Mr. John Phillips dan Sambo (gulat Rusia) dari Mr. Chris Doelman.
GBI di Indonesia dikenal sebagai organisasi "kosmopolitan" karena sering menerima murid dari kalangan orang asing, dan berafiliasi dengan banyak guru besar Jujutsu yang berada di luar negeri. Nama-nama seperti Prof. George Kirby (American Jujutsu Association, USA), Prof. Harold Brosious (Ketsugo Jujutsu USA) dan Col. Roy Hobbs (Sekai Dentokan Renmei) masih tercatat sebagai anggota dewan penasehat GBI. Aliran Dentokan Aiki Jujutsu yang diajarkan oleh Col. Roy Hobbs, disebarkan di Indonesia oleh Bp. Ben Haryo, dan diajarkan sebagai salah satu aliran Jujutsu yang berada dalam ruang lingkup GBI Club. Pada bulan Maret 2009, Col. Roy Hobbs mengutus Mr. Andy Roosen (DAN-5) untuk mengunjungi markas GBI di Jakarta dan melakukan seminar kecil untuk beladiri praktis (Goshin Jutsu dan Aiki Jujutsu), latihan gabungan, penyeragaman teknik dan perbandingan hasil riset, sekaligus merayakan ulang tahun GBI dan meresmikan GBI sebagai Dentokan Indonesia, dibawah pimpinan Ben Haryo sebagai pelatih resmi pertama di Indonesia, dan tercatat dalam sejarah sebagai murid pertama Col. Roy Hobbs di Asia Tenggara. Col. Hobbs sendiri mempelajari seni beladiri Aiki Jujutsu tersebut dari guru besar Okuyama Ryuho (dari aliran Hakko-ryu) dan Irie Yasuhiro (dari aliran Kokodo-ryu) di Jepang pada tahun 1980an-1990an sampai dinobatkan sebagai Shihan (Master Instructor) oleh guru besar Ryuho Okuyama dan Menkyo Kaiden (sudah menamatkan seluruh pelajaran dalam perguruan) oleh Irie Yasuhiro.
PORBIKAWA-KARATEDO INDONESIA Selain nama-nama diatas, tidak dapat dilupakan keberadaan perguruan PORBIKAWA (Persatuan Olah Raga Beladiri Ishikawa) yang didirikan oleh murid langsung dari Master Yoshen Ishikawa, yaitu Bp. Tan Sing Tjay (Soetikno) pada tahun 1949 dengan nama perguruannya : " Ishikawa Jiu jitsu Club " di Surabaya. Selain Soetikno belajar ilmu tsb.diatas, memang sejak masa kanak-kanaknya telah menggemari ilmu silat ( Kun Tao ) sejak usianya baru 10 tahun, ia telah pula ikut-ikut belajar ilmu silat Kun Tao tsb dari 2 orang guru Kun Tao-nya dari aliran-aliran yang berbeda.
Menurut Soetikno, Ilmu Silat atau Ilmu beladiri tidaklah sempurna apabila orang hanya mampu membela diri dengan salah satu jenis aliran saja, oleh karena dalam suatu perkelahian tidak bakal hanya terjadi pukul-memukul atau bergumul belaka, melainkan akan terjadi segala bentuk gerakan tehnik perlawanannya, apakah itu pukulan, tendangan maupun pergumulan dsb.
Sejak berkembang pesatnya di tahun 1963, maka club tersebut diubah namanya untuk menyesuaikan dengan isinya yang ada saat itu, maka dinamailah PORBIKAWA dari singkatan:Persatuan Olah Raga Beladiri Ishikawa, adalah pencantuman nama gurunya dengan mengingat jasa-jasanya yang pernah menganjurkan agar Soetikno belajar tehnik beladiri yang lain selain Jiu Jitsu, agar Soetikno lebih mendapat pandangan luas dalam bidang seni beladiri, karena ilmu yang manapun saja pasti akan terus berkembang tanpa hentinya seirama dengan kemajuan jaman.
Pada tahun 1972, PORBIKAWA mendapat undangan dari konggres PORKI (Belum FORKI) di Jakarta dan telah hadir 24 Aliran seni beladiri Karate se-Indonesia. Kongres itu telah berhasil membentuk suatu wadah besar Bernama Federasi OlahRaga Karate-Do Indonesia (FORKI)dan menampung seluruh aspirasi aliran dan PORBIKAWA berubah menjadi PORBIKAWA KARATE-DO INDONESIA hingga sekarang ini. Perguruan ini sampai sekarang masih eksis, dan berpusat di Surabaya.
Perguruan Jujutsu lainnya yang masih eksis di Indonesia adalah Take Sogo Budo yang dipimpin Hero Pranoto, dan KYUURAI yang dipimpin oleh Sensei Darmawan.Perguruan Kyuurai Jujitsu dirintis pertama kali di Gelanggang Generasi Muda Bandung tahun 2000. Berkembang di Universitas Katolik Parahyangan Bandung dirintis oleh Renshi Ichi-Dan Yosafat Tunjung, Bulungan, Jakarta Selatan, dirintis oleh Sempai Tagor Ricardo, Sempai Beverly Charles, dan Sempai Ira Hutabarat ,dikembangkan di Batamindo-Batam Kep.Riau dirintis oleh DR John Sulistiawan,bersama dengan Renshi Ichi-Dan Khufran Hakim Noor dan Rizka Billitania.Aliran Kyuurai menitik beratkan pada pemahaman dan filosofi gerak koshi no mawari yang langka.Dan sistem pengobatan yang berdasarkan pada Kokyu-ho dan pengaturan pola makanan dengan buah-buahan dan sayuran.http//www.jujitsu-kyuurai@blogspot.com
Selain itu tidak boleh dilupakan bahwa aliran Kushin Ryu Jujutsu yang diajarkan oleh Mahaguru Horyu Matsuzaki juga diajarkan sebagai bagian dari silabus perguruan Kushin Ryu M Karatedo Indonesia, oleh murid-murid beliau yang berkebangsaan Indonesia, yaitu (alm) Bp. Buchori dan Bp. H. Sofyan Hambally dari Dojo Kopo Bandung. Sepeninggalnya Bp. Buchori, praktis tongkat pengembangan Kushin Ryu dilakukan oleh Shihan Sofyan Hambally. Saat ini, mantan Ketua Dewan Guru PP-KKI itu mengembangkan dan memfokuskan pelatihan jujitsu melalui wadah komunitas KUSHIN RYU JUJITSU INDONESIA (KJI)" bersama Sensei Arman Hidayat, Ketua Dewan Guru KKI Jawa Barat.
Dari tinjauan diatas dapat kita lihat bahwa di Indonesia ada cukup banyak perguruan seni beladiri Jujutsu dengan berbagai alirannya.
Seni beladiri Jujutsu di Indonesia belum mencapai kemajuan yang pesat dan mencapai popularitas seperti dialami oleh beladiri lainnya, karena di Indonesia belum ada wadah yang dapat menjadi ajang silaturahmi dan kerjasama semua perguruan Jujutsu yang ada, tidak seperti Pencak Silat yang dapat bersatu lewat IPSI nya dan Karatedo yang dapat bersatu lewat FORKI. Jika perguruan-perguruan Jujutsu yang berbeda-beda aliran di Indonesia dapat mencapai kata sepakat untuk membentuk suatu wadah persatuan dan kerjasama, dimana semua perguruan bisa duduk sebagai mitra yang sejajar dan saling menghormati, maka perkembangan beladiri Jujutsu di Indonesia tentu tidak akan kalah kemajuannya dengan olahraga beladiri Jepang lainnya.
Salah satu perguruan Jujutsu di Indonesia yang cukup sukses dan berhasil memiliki anggota dalam jumlah besar adalah dari aliran Kyushin Ryu. Jiu-Jitsu aliran "Kyushin Ryu" yang kabarnya masuk ke Indonesia pada masa pergolakan Perang Dunia II (1942) di bawa oleh seorang tentara Jepang yang bernama Ishikawa. Karena itu Jiu-jitsu Indonesia (skrg. IJI-Institut Jiu-Jitsu Indonesia) dikenal dengan aliran I Kyushin Ryu.
Ishikawa kemudian mewariskan ilmunya kepada R. Sutopo (seorang ahli Silat dari BANTAR ANGIN Ponorogo) yang kemudian diturunkan kepada kelima muridnya yaitu Drs. Firman Sitompul(Dan X),Prof. Irjen(Pol)Drs. DPM Sitompul, SH, MH(Dan X), Drs. Heru Nurcahyo (Dan VIII), Drs. Bambang Supriyanto (Dan VI), dan Drs. Heru Winoto (Dan V). Kelima murid inilah yang menjadi cikal bakal tumbuh dan berkembangnya Jiu-Jitsu aliran IJI di Indonesia. Salah satu penerusnya adalah Drg. Poul DH Sitompul, M.M (Dan IV) yang langsung belajar dari kedua pamannya (Drs. Firman Sitompul, Dan X dan Prof. Irjen. Drs DPM Sitompul, SH., MH., Dan X)Perguruan IJI hanya mengajarkan aliran Ju-Jitsu hasil karya Raden Sutopo dan tidak mengajarkan aliran Ju-Jitsu lainnya. Sedangkan ilmu warisan dari Master Ishikawa yang sesuai bentuk aslinya diajarkan di perguruan PORBIKAWA yang sekarang masih eksis di Surabaya.
Untuk mengembangkan Jiu-Jitsu hasil karya Bp. Sutopo ini ke seluruh Indonesia maka kemudian pusat pengembangan Ju-Jitsu dipindahkan ke Jakarta. Di sinilah dibentuk suatu organisasi resmi dan berbadan hukum yang bernama " Institut Jiu-Jitsu Indonesia " disingkat " IJI ", tepatnya tanggal 8 Desember 1981.
Pada tahun itu juga saat diadakan demonstrasi bela diri Jiu-Jitsu aliran IJI di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) Jakarta, Jiu-Jitsu Indonesia aliran IJI berhasil mendapatkan surat penghargaan dari staf Kedutaan Besar Jepang, Mr. Keiji Iwasaki & Mr. Yuji Hamada.
Hingga saat ini Jiu-Jitsu aliran IJI telah masuk di POLRI dan juga di berbagai kesatuan militer seperti KOPASSUS, KOSTRAD, PASPAMPRES, MARINIR dll. Jiu-Jitsu juga dikembangkan di sekolah-sekolah, instansi-instansi pemerintah maupun swasta dan juga di perguruan tinggi.
Menurut para praktisi Jiu-Jitsu aliran IJI ini, Secarah harfiah kata Jiu atau Ju didalam IJI berarti lentur atau fleksibel dan kata Jitsu atau Jutsu berarti teknik atau cara/metode. Maka Ju-Jitsu berarti bela diri yang fleksibel. Jiu-Jitsu IJI karena merupakan kombinasi bermacam-macam teknik dari berbagai sumber, maka ajarannya pun beragam; ada teknik keras ada juga teknik lembut/halus, ada teknik menyerang ada teknik bertahan, ada teknik menggunakan kekuatan fisik ada pula dengan tenaga dalam dan pernafasan, serta banyak teknik tangan kosong dan teknik menggunakan senjata. Apalagi para anggota IJI jika sudah mencapai sabuk hitam maka dianjurkan untuk meriset/mengembangkan sendiri teknik-teknik dasar IJI, termasuk juga dapat mengambil teknik dari beladiri lain, sehingga memperkaya perbendaharaan teknik di IJI.
Intinya Jiu-Jitsu versi IJI menghalalkan segala cara agar dapat menguasai lawan. Sehingga dapat dikatakan bahwa Jiu-Jitsu versi IJI adalah teknik bertarung bebas, jadi bukanlah sport. Akan tetapi dalam masa modern ini Jiu-Jitsu IJI juga mulai marak menggiatkan Sport Jiu-Jitsu sehingga muncul banyak sekali even-even pertandingan Ju-Jitsu IJI yang berskala Nasional. Oleh karena itu, IJI adalah pelopor pertandingan Sport Ju-Jitsu di Indonesia, yaitu pertandingan internal IJI sendiri (tidak diikuti oleh perguruan lain) dengan peraturan yang hanya berlaku untuk anggota IJI.

Ju-Jitsu International Federation (JJIF)

Sejak tahun 1980an sudah ada wacana untuk menjadikan Jujutsu/Ju-Jitsu sebagai sebuah cabang olahraga Olympiade. Oleh karena itu, pada tahun 1998, atas prakarsa persatuan-persatuan di Eropa berdirilah Ju-Jitsu International Federation (JJIF) [4] sebagai badan dunia yang mengatur dan meregulasi cabang olahraga Sport Ju-Jitsu. Perlu dicatat bahwa JJIF hanya berwewenang atas pertandingan Sport Ju-Jitsu saja dan tidak punya wewenang atas seni beladiri Jujutsu secara keseluruhan.
JJIF adalah anggota dari International World Games Association (IWGA) dan General Association of International Sport Federations (GAISF), serta sedang memperjuangkan agar Sport Ju-Jitsu versi JJIF ini dapat menjadi cabang olahraga Olympiade. JJIF didukung terutama di Eropa oleh negara-negara besar seperti Denmark, Sweden dan Jerman, sedangkan di Asia didukung terutama oleh Korea Selatan dan Pakistan. Pada tahun 2009, Sport Ju-Jitsu akan menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan di 1st Asian Martial Arts Games yang telah dilangsungkan pada tanggal 25 April sampai 5 Mei 2009 di Bangkok, Thailand, serta menjadi cabang eksibisi pada Asian Indoor Games yang dilangsungkan bulan November 2009.

jrmiyah


Bahasa Arab adalah bahasa Islam, bahasa Al-Quran, bahasa sunnah dan bahasa ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, maka mempelajari bahasa Arab tujuannya adalah untuk dapat memahami Al-Quran dan As-Sunnah serta kitab-kitab pengetahuan yang berbahasa Arab secara baik dan benar.
Mempelajari bahasa Arab tidaklah sama dengan mempelajari bahasa-bahasa lain seperti bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan sebagainya. Di dalam mempelajarinya, memerlukan berbagai macam ilmu, diantaranya adalah ilmu nahwu. Dan ilmu nahwu inilah yang akan kita kita pelajari saat ini.
Untuk memahami apa yang dimaksud dengan ilmu nahwu, mari kita perhatikan perbandingan antara bahasa Arab dengan bahasa Indonesia pada contoh berikut ini:

هَذَا كِتَا بٌ                           :                                            " Ini sebuah buku  "
اِشْتَرَيْتُ كِتَا بًا                      :                                   "Saya membeli sebuah buku"
وَجَدْتُ العُلُومَ مِنْ كِتَا بٍ             :    "Saya mendapatkan pengetahuan dari sebuah buku"
Kata "buku" dalam bahasa Indonesia pada tiga buah contoh di atas, tidak mengalami perubahan bunyi akhir kalimat sedikitpun, sedangkan kata "Kitab" dalam bahasa Arab pada ketiga contoh di atas, bunyi akhir kalimatnya berbeda-beda, ada yang berbunyi "bun", "ban" dan "bin". Hal itu terjadi karena ada perbedaan hukum I'rab pada kata kitab tersebut.
Dalam bahasa Arab, perubahan-perubahan seperti di atas dipelajari dalam ilmu nahwu. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ilmu nahwu itu adalah:
عِلْمٌ تُُبْحَثُ فيهِ أََحْوَالُ الكَلِمَاتِ العَرَبِيَّةِ مِن حَيْثُ الأِعْرَبُ و البِنَاءُ وَ التّركِيبُ
"Ilmu yang dipelajari di dalamnya, keadaan-keadaan kalimat-kalimat bahasa Arab ditinjau dari segi I'rab, Bina dan Susunan kalimatnya".
Dan diktat yang singkat ini mencoba untuk menjabarkan ilmu nahwu yang termuat dalam salah satu kitab klasik yaitu Al-Ajurumiyah karangan Abu Muhammad bin Muhammad bin Daud As-Shanhaji (674-723 H) yang dikenal dengan nama Ibnu Ajrum.



BAB I
{الكلام}
A.    Ta'rif Kalam
الكَلامُ هُو اللَّفْظُ المُرَكَّبُ المُفِيدُ بِالوَضْعِ
"Kalam itu adalah lafadz yang telah tersusun dan dapat memberikan pengertian sempurna yang disengaja serta sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh tata bahasa Arab"
Contoh:
Kitab itu penting                                   :   الكِتَابُ مُهِمٌّ
Pemandangan itu indah            المَنْظَرُ جَمِيْلٌ  :                 
Saya diam di kamar                              :   أَسْكُنُ في الغُرْفَةِ
B.     Syarat-Syarat Kalam
1.      اللَّفظ  yaitu:
الصَّوْت المُشْتَمِلُ على بَعْضِ الحُرُوفِ الهِجَائيةِ
"suara yang mencakup kepada sebagian huruf Hijaiyah"
Contoh: مَدْرَسَةٌ, يَنْصُرُ, مِنْ
Yang dimaksud lafadz yang dijadikan syarat kalam di sini adalah lafadz yang musta'mal (مستعمل) artinya biasa dipergunakan dan mempunyai makna, bukan lafadz muhmal  (مهمل) yaitu yang tidak biasa dipergunakan karena tidak mempunyai makna seperti kata هَحِهُ, دَيزُ .
2.      المُرَكَّبُ, yaitu:
مَا تَرَكَّبَ مِنْ كَلِمَتَيْنِ فــاكْثَرَ
"sesuatu yang tersusun dari dua buah kata atau lebih". Susunan dua kata atau lebih itu baik dhohir maupun muqaddar. Contoh yang dhohir:
·        القُرْأَنُ كِتَابُ اللّهِ      : Al-Quran itu kitab Allah
·         الكَسَلُ مُضِرٌّ                    : Malas itu memadaratkan
Contoh yang muqaddar
·        اُنْصُرْ, اَضْرِبُ


3.    المُفِيدُ yaitu:
ما أَفَادَ فائِدَةً يَحْسُنُ السُّكُوتُ مِن المُتَكَلِّمِ وَ السَّامِعِ عَلَيها
"Sesuatu yang memberikan faidah dengan sempurna yaitu sekiranya mutakallim (pembicara) dan pendengar diam (tidak memberikan tanggapan)".
Mutakallim diam dalam arti dia tidak perlu menerangkan lagi ungkapan yang telah dikemukakan olehnya, dan pendengar diam dalam arti dia tidak perlu menanyakan lagi redaksi yang ia dengar dari mutakallim. Contoh:
الأُسْتَاذَ يَقُوْمُ امَامَ الطُّلَّابِ         : Pak guru berdiri di depan murid-murid.
Sekarang coba perhatikan contoh di bawah ini!
·        اِنْ اَشْتَرِ دَرَّجَةً ...            : Jika saya membeli sepeda,
·         اذَا اجْتَهَدْتَ فى دِرَسَتِكَ ...  : Jika kamu bersungguh-sungguh dalam belajarmu,
Kedua contoh di atas tidak bisa disebut kalam walaupun sudah tersusun dari beberapa kata, sebab masih belum memberikan pengertian yang sempurna (المُفِيد).
4.    الوَضْعُ
Ada dua kemungkinan mengenai makna yang terkandung dari kata الوَضْع tersebut. Yang pertama adalah القَصْدُ  artinya bahwa lafadz yang tersusun serta memberikan pengertian sempurna itu "dimaksudkan" oleh mutakallim, ada juga yang mengartikan bahwa الوَضْع itu maksudnya adalah الوَضْعُ العَرَبِيُّ  artinya bahwa lafadz yang sudah tersusun dan memberikan pengertian sempurna tersebut sudah sesuai dengan wadlo (peletakan makna) yang telah ditetapkan oleh orang Arab.
C.    Satuan Kalam
Satuan untuk membentuk susunan kalam itu adalah kalimat. Kalimat (kata dalam bahasa Indonesia) adalah:
الكَلِمَةَ هِي لَفْضٌ مُفْرَدٌ دَلَّ على مَعْنًى
"Lafadz mufrod yang menunjukan pada suatu makna".
Materi kalimat itu terkadang terdiri dari satu huruf, dua huruf atau lebih sampai tujuh huruf. Contoh:
  1. Satu huruf       : ب  dalam  بِسْمِ الّله
  2. Dua huruf        : لا, هل, من, فى
  3. Tiga huruf       :  على, نعم, زيد, كلب
  4. Empat huruf    : اكرم, كتاب, مسجد
  5. Lima huruf      : مدرسة, اشترك, مجلّةُ
  6. Enam huruf     : سبّورة, قارورة, استخرج
  7. Tujuh huruf     : استخراج, استمراد
kalimat yang membentuk susunan kalam itu ada tiga, yaitu:
  1. Kalimat isim (الأسم), ta'rifnya adalah:
كُلُّ كَلِمَةٍ تَدُلَّ على داتٍ اَو صِفَةٍ اَو غَيْرِهِمَا ممَّا لا يَقَارِنَهُ زَمانٌ
"Setiap kata/kalimat yang menunjukan kepada dzat, sifat atau yang lainnya dari sesuatu yang tidak diikuti dengan waktu".
Contoh kata benda/dzat:
دَفْتَرٌ    :  Buku tulis                   ضَرْبٌ   : Pukulan
ماءٌ     :  Air                       رِيْحٌ     : Angin
Contoh kata sifat:
طوِيلٌ   :  Panjang                 بَلِيدُ     : Bodoh
قَصيرٌ   :  Pendek                 ناصرٌ   : Penolong
2.   Kalimat fiil (الفعل) ,  
كُلُّ كَلِمَةٍ تَدُلَّ على حُصُولِ حَدَثٍ فى زَمنٍ خَاصٍ
Setiap kalimat yang menunjukan kepada terjadinya suatu peristiwa pada waktu tertentu.
Makna حَدَث yang dikandung oleh kalimat fiil itu bisa berarti:
1.     Kejadian.       Contoh: جَمُلَ    : Telah indah              حَسُنَ   : Telah baik
2.     ekePrjaan.      Contoh: يَقْرَأُ    : Sedang membaca     يَكْتُبُ    : Sedang membaca
3.     Perintah.        Contoh: اذهب   : pergilah!                  انْصُرْ
Copyright: Pesantren Yayasan KH. Zainal Musthafa Sukamanah Tasikmalaya Jawa Barat Indonesia

Senin, 04 April 2011

sejarah ju jitsu

Sejarah Jujitsu

Ju-Jitsu atau Jiu-Jitsu atau Jujutsu merupakan teknik bela diri yang berasal dari jaman Jepang Kuno.
Secarah harfiah kata Jiu atau Ju berarti lentur atau fleksibel dan kata Jitsu atau Jutsu berarti teknik atau cara/metode. Maka Ju-Jitsu berarti bela diri yang fleksibel, ada teknik keras ada juga teknik lembut/halus, ada teknik menyerang ada teknik bertahan, ada teknik menggunakan kekuatan fisik ada pula dengan tenaga dalam, banyak teknik tangan kosong banyak pula teknik menggunakan senjata.
Menurut sejarah Jepang, seni bela diri yang paling tua adalah SUMO / gulat kuno, dan secara umum yang di pelajari adalah hanya teknik-teknik membanting, dalam Ju-jitsu berbagai teknik seni bela diri terus tumbuh dan berkembang bersamaan dengan tumbuhnya Sumo.
Tahun 230 B.C pada zaman kaisar Suinindi Jepang telah ada pertandingan adu kekuatan dan pemenangnya di berikan penghargaan. Catatan sejarah menyatakan bahwa adu kekuatan Sumo/Gulat Jepang itu tumbuh dan berkembang bersamaan dengan teknik-teknik yang ada di Ju-jitsu.(buku RESEIKANO, 1981, hal 2)

Berdasarkan pernyataan diatas seni bela diri jepang Ju-jitsu sudah ada sejak zaman dulu dan terus berkembang sejak lama, perkembangannya meliputi teknik membanting, mengunci, memukul, mendang, dan lainnya terus dipelajari secara diam-diam/ tertutup pada masing-masing suku/marga, Jujitsu pada zaman dahulu tidak di sebar luaskan tidak seperti saat ini yang telah berkembang luas sehingga bermunculan berbagai aliran dengan perkembangan tekniknya masing-masing.

Ketertutupan dan keberhasilan teknik-teknik Ju-jitsu itu baru terbuka pada Zaman Pangeran Teijun (th 850 s/d 880 M) dimana telah dibuka sekolah-sekolah Ju-jitsu khusus untuk orang jepang saja.(buku JAE M LEE, 1976 hal 13)
Secarah harfiah kata Jiu atau Ju berarti lentur atau fleksibel dan kata Jitsu atau Jutsu berarti teknik atau cara/metode. Maka Ju-Jitsu berarti bela diri yang fleksibel, ada teknik keras ada juga teknik lembut/halus, ada teknik menyerang ada teknik bertahan, ada teknik menggunakan kekuatan fisik ada pula dengan tenaga dalam, banyak teknik tangan kosong banyak pula teknik menggunakan senjata.